The Good Parent

Gunakan Kode Kupon HELLOJULY & Dapatkan Diskon Hingga 30% Setiap Pembelian Event

Insight

/

Anak Sering Berteriak? Coba Ubah Cara Kita Merespons

May 13, 2025

Anak Sering Berteriak? Coba Ubah Cara Kita Merespons

Anak yang sering berteriak bisa membuat orang tua kewalahan. Saat mereka berteriak karena marah, kesal, atau frustasi, wajar jika kita merasa terganggu dan tergoda untuk membalas dengan nada yang sama. Tapi justru di momen seperti inilah, anak sedang paling butuh kehadiran orang tua yang tenang dan mampu menjadi penenang.

Sebelum mengubah perilaku anak, penting bagi kita untuk melihat ulang cara kita merespons. Anak adalah peniru ulung—cara mereka mengekspresikan emosi sering kali mencerminkan lingkungan tempat mereka belajar.

1. Perhatikan pola emosi di rumah

Apakah di rumah anak sering mendengar suara keras, perintah yang terburu-buru, atau nada tinggi saat ada konflik? Anak belajar mengelola emosinya dengan mencontoh orang tuanya. Jika kita terbiasa merespons dengan suara tinggi, anak pun belajar bahwa berteriak adalah cara untuk didengar.

Mengubah respons kita menjadi lebih tenang dan konsisten adalah langkah pertama agar anak tahu bahwa emosi bisa diekspresikan dengan cara yang sehat.

2. Validasi perasaan, bukan perilakunya

Ketika anak berteriak karena kecewa atau marah, kita bisa berkata, “Kamu sedang kesal, ya? Boleh marah, tapi tidak perlu teriak. Ayo bicara pelan-pelan, Bunda dengarkan.” Validasi ini membuat anak merasa dipahami, tapi juga tetap belajar bahwa berteriak bukan satu-satunya pilihan.

3. Tetapkan batas dengan tenang

Memberi batas tetap penting, tapi tak harus dengan marah. Misalnya, jika anak berteriak saat minta sesuatu, kita bisa menjawab, “Bunda akan jawab kalau kamu bicara dengan suara pelan.” Berikan kesempatan untuk memperbaiki cara berbicaranya, dan beri apresiasi saat ia mencoba.

4. Ajarkan cara mengekspresikan emosi

Kadang anak berteriak karena belum tahu cara mengekspresikan emosi yang kuat. Bantu mereka mengenali emosi dengan kalimat seperti, “Kelihatannya kamu kecewa karena mainannya rusak, ya?” Lalu tawarkan alternatif, “Kalau kamu sedih, boleh kok bilang ke Mama pakai kata-kata.”

5. Jaga koneksi, bukan hanya koreksi

Anak lebih mudah menerima arahan saat merasa terhubung secara emosional dengan orang tuanya. Luangkan waktu khusus setiap hari untuk bermain, membaca, atau ngobrol tanpa gangguan. Koneksi yang kuat membuat anak merasa aman dan lebih kooperatif.

Berteriak bisa jadi sinyal bahwa anak sedang kewalahan dan tidak tahu cara lain untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan mengubah cara kita merespons—lebih tenang, penuh empati, dan konsisten—kita membantu anak belajar mengekspresikan diri dengan cara yang lebih sehat.

Other Insight

Related Post