Salah satu momen paling bikin stres bagi banyak orang tua adalah ketika anak mulai GTM (Gerakan Tutup Mulut) saat MPASI. Padahal menu sudah dibuat dengan penuh cinta, sudah dicoba berbagai variasi, eh… tetap saja mulutnya rapat, kepala menggeleng, atau malah menangis histeris saat disuapi.
Wajar banget kalau kamu merasa kesal, bingung, bahkan kecewa. Tapi, penting untuk diingat: respon kita saat anak GTM bisa berdampak pada hubungan anak dengan makanan di masa depan. Yuk, pelan-pelan kita pelajari bagaimana menghadapi GTM dengan cara yang lebih tenang dan gentle.
Kenapa Anak Bisa GTM?
GTM sebenarnya bukan perilaku “nakal” atau tanda anak nggak suka makanan buatan kita. Beberapa penyebab umum GTM antara lain:
Sedang tumbuh gigi atau tidak enak badan
Sedang belajar mengontrol keinginan dan pilihan
Bosan dengan menu atau cara penyajian
Tekanan saat makan (disuapi terus, dikejar-kejar makan)
Belum lapar atau jam makan terlalu dekat dengan camilan
Dengan memahami penyebabnya, kita bisa lebih empati dan nggak buru-buru menyalahkan diri sendiri atau anak.
5 Cara Gentle Menghadapi Anak GTM
1. Tenangkan diri dulu
Anak bisa sangat peka membaca emosi orang tuanya. Semakin kita frustrasi, semakin mereka merasa tertekan. Ambil napas dalam, dan ingat: satu atau dua kali GTM nggak akan langsung bikin anak kurang gizi.
2. Jaga suasana makan tetap menyenangkan
Ciptakan suasana santai saat makan. Hindari ancaman (“Kalau nggak makan, nanti dimarahi”) atau iming-iming berlebihan. Fokus pada interaksi yang hangat dan positif. Kalau anak tidak mau makan, cukup tawarkan tanpa memaksa.
3. Libatkan anak dalam proses makan
Biarkan anak ikut memilih menu (dari dua opsi yang kita siapkan), menyentuh makanannya, atau bahkan menyuap sendiri. Anak yang merasa punya kendali biasanya lebih kooperatif.
4. Kenalkan makanan baru secara bertahap
Perlu waktu hingga 10–15 kali perkenalan sebelum anak bisa menerima rasa baru. Jadi, jangan buru-buru menyerah kalau anak menolak di percobaan pertama.
5. Percayai insting lapar-anak
Anak, terutama yang sehat dan aktif, biasanya tahu kapan ia lapar atau kenyang. Kita bisa membantu dengan menyediakan waktu makan yang teratur dan membatasi camilan sebelum jam makan.
Hal yang Perlu Dihindari
Memaksa atau menyuapi sambil anak main
Ini bisa mengganggu sinyal kenyang dan membuat makan terasa seperti tugas, bukan kebutuhan alami.Menggunakan layar agar anak mau makan
Distraksi bisa membuat anak tidak belajar menikmati makanan dengan sadar (mindful eating).
Makan Bukan Perang, Tapi Hubungan
MPASI bukan hanya soal nutrisi, tapi juga momen membangun hubungan anak dengan makanan dan dengan kita sebagai parents. Saat kita bisa merespons dengan tenang dan empatik, anak belajar bahwa makan itu bukan tekanan—tapi bagian dari proses tumbuh yang menyenangkan.
Jadi, saat anak GTM, yuk hadapi dengan sabar. Karena yang paling dibutuhkan anak saat itu bukan paksaan, tapi pendampingan.