“Kenapa langit biru?” “Kenapa aku harus mandi?” “Kenapa burung bisa terbang?” Jika parents sering mendengar pertanyaan seperti ini berulang kali, tenang, itu tandanya anak sedang mengalami fase usia penuh rasa ingin tahu.
Umumnya, fase ini terjadi pada usia 3-5 tahun, ketika anak mulai ingin memahami dunia di sekitarnya. Meskipun kadang melelahkan, fase ini sangat penting untuk perkembangan kognitif, bahasa, dan kemampuan berpikir kritis anak. Namun, bagaimana cara menghadapi hujan pertanyaan ini tanpa kehilangan kesabaran? Berikut tipsnya:
1. Sadari bahwa ini tanda positif
Pertanyaan “kenapa” menunjukkan anak sedang aktif belajar. Mereka bukan sekadar ingin tahu jawaban, tetapi juga sedang melatih logika dan kemampuan menyusun sebab-akibat. Dengan menyadari ini, parents akan lebih mudah menerima dan menghargai rasa ingin tahu anak, meski diulang berkali-kali.
2. Jawab dengan sederhana dan sesuai usia
Sesuaikan jawaban dengan usia anak agar mereka mudah memahami. Misalnya, jika ditanya “kenapa matahari panas?”, cukup jawab, “Karena matahari seperti api yang besar di langit.” Tidak perlu penjelasan ilmiah yang terlalu rumit, karena bisa membuat anak bingung atau kehilangan minat.
3. Ajak anak mencari jawaban bersama
Jika tidak tahu jawabannya, tak masalah mengaku, “Wah, ibu juga belum tahu. Yuk, kita cari tahu bareng!” Hal ini mengajarkan anak bahwa belajar adalah proses yang menyenangkan, dan orang tua pun mau terus belajar. Parents bisa mencari jawabannya lewat buku, video, atau mengamati langsung.
4. Jangan meremehkan atau mengabaikan pertanyaan
Menganggap pertanyaan anak sepele atau mengabaikannya bisa membuat anak enggan bertanya lagi di masa depan. Jika memang sedang sibuk, beri pengertian dengan lembut, “Sekarang ibu sedang masak, nanti kalau sudah selesai kita ngobrol lagi, ya.” Pastikan janji itu ditepati.
5. Latih kesabaran dengan jeda sejenak
Jika merasa lelah mendengar pertanyaan berulang, ambil napas dan beri jeda sebelum menjawab. Tidak perlu langsung bereaksi. Menyadari bahwa anak sedang belajar lewat pertanyaan akan membantu parents lebih tenang dalam merespons.
6. Balik bertanya untuk mengasah logika anak
Sesekali, coba balik bertanya, “Menurut kamu kenapa, ya?” Strategi ini membantu anak berpikir sendiri, mengasah imajinasi, dan berdiskusi.
Fase “kenapa” memang bisa menguji kesabaran, tetapi ini juga kesempatan emas untuk membangun komunikasi terbuka dengan anak. Dengan menjawab pertanyaan mereka dengan sabar dan penuh kasih, parents sedang menumbuhkan rasa percaya diri, keingintahuan, dan kecintaan anak pada proses belajar.