Setiap hari, anak belajar tentang dunia melalui inderanya—melihat, menyentuh, mencium, mendengar, dan merasakan. Inilah yang disebut dengan stimulasi sensorik, dan ini menjadi fondasi penting bagi tumbuh kembang anak, terutama di usia dini. Saat anak kekurangan stimulasi sensorik, ia bisa menunjukkan tanda-tanda tertentu yang kadang disalahartikan sebagai “rewel” atau “nakal.”
Padahal, anak mungkin hanya butuh lebih banyak pengalaman sensorik untuk membantu sistem sarafnya beradaptasi dan berkembang secara optimal.
Berikut 5 tanda umum bahwa anak membutuhkan stimulasi sensorik lebih banyak dalam kesehariannya:
1. Terlihat Sering Gelisah atau Tidak Fokus
Anak tampak gelisah, sulit tenang, atau gampang terdistraksi saat bermain maupun belajar. Ini bisa menjadi tanda bahwa sistem sarafnya belum mendapat cukup input sensorik, sehingga ia kesulitan mengatur perhatian atau energi tubuhnya.
Apa yang bisa dilakukan: Ajak anak bermain dengan aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh seperti melompat, berguling, atau memanjat.
2. Sering Mencari Sensasi dengan Cara Tak Biasa
Misalnya, anak terus-menerus menyentuh benda-benda, menggigit mainan, menabrakkan diri ke bantal, atau bahkan memukul-mukul badannya sendiri. Perilaku ini bisa jadi cara anak mencari input sensorik yang tidak ia dapatkan secara alami.
Apa yang bisa dilakukan: Berikan alternatif seperti permainan sensori dengan adonan, pasir kinetik, atau aktivitas berat seperti mendorong benda besar.
3. Mudah Marah Saat Terpapar Suara, Bau, atau Sentuhan Tertentu
Sebaliknya, beberapa anak bisa justru menunjukkan reaksi berlebihan terhadap input sensorik yang biasa saja. Ini bisa menjadi tanda bahwa sistem sensoriknya kurang terbiasa menerima stimulasi beragam.
Apa yang bisa dilakukan: Kenalkan anak secara perlahan pada berbagai tekstur, bau, dan suara dengan cara yang menyenangkan dan tidak memaksa.
4. Gerakan Tubuh Terlalu Hati-Hati atau Justru Kasar
Jika anak tampak takut bergerak (tidak suka lari, melompat, atau bermain fisik) atau sebaliknya, bergerak terlalu kasar tanpa menyadari batas tubuhnya, bisa jadi ia butuh lebih banyak stimulasi proprioseptif (sensasi posisi tubuh).
Apa yang bisa dilakukan: Coba aktivitas seperti merangkak, yoga anak, atau main dorong-tarik dengan benda berat.
5. Terlalu Sering Menempel pada Orang Tua atau Tidak Mau Ditinggal
Beberapa anak yang kurang stimulasi sensorik bisa menjadi sangat bergantung secara emosional atau sulit merasa nyaman sendirian, karena tubuhnya tidak cukup mendapatkan sensasi dari lingkungan.
Apa yang bisa dilakukan: Ajak anak eksplorasi aman seperti bermain air, memeluk bantal berat, atau bermain bebas di luar ruangan.
Setiap anak punya kebutuhan sensorik yang berbeda. Memberikan stimulasi yang cukup—melalui aktivitas bermain, eksplorasi, dan interaksi—akan sangat membantu perkembangan kemampuan motorik, emosi, dan fokus anak. Tidak perlu alat mahal; aktivitas sehari-hari yang melibatkan sentuhan, gerak, suara, dan penciuman bisa jadi stimulasi yang tepat.
Amati anak dengan lebih peka, dan bantu ia tumbuh dengan pengalaman sensorik yang kaya, menyenangkan, dan penuh kasih sayang.