Belakangan ini, istilah gentle parenting semakin sering didengar. Banyak orang tua mulai tertarik menerapkannya, tetapi masih ada yang bingung apa sebenarnya gentle parenting itu.
Gentle parenting adalah pendekatan pengasuhan yang berfokus pada empati, penghormatan, pemahaman, dan batasan yang sehat. Pendekatan ini menolak kekerasan fisik maupun verbal, serta menekankan komunikasi yang hangat dan mendidik tanpa mengintimidasi. Tujuannya bukan sekadar membuat anak patuh, tetapi membangun hubungan yang penuh kepercayaan antara orang tua dan anak.
Namun, gentle parenting bukan berarti membebaskan anak berbuat sesuka hati. Justru, metode ini tetap memiliki aturan dan batas yang jelas, tetapi disampaikan dengan cara yang lembut dan penuh kasih.
Berikut 5 prinsip gentle parenting yang bisa parents praktikkan sehari-hari:
1. Membangun koneksi sebelum koreksi
Sebelum memperbaiki perilaku anak, penting untuk terkoneksi secara emosional terlebih dulu. Anak yang merasa dicintai dan dipahami lebih mudah menerima arahan. Misalnya, saat anak menangis karena tidak boleh bermain lebih lama, dekati dengan pelukan sambil berkata, “Ibu tahu kamu masih mau main, tapi sekarang sudah waktunya mandi.” Dengan pendekatan ini, anak merasa dimengerti meski tetap diarahkan.
2. Menjadi teladan
Anak belajar melalui contoh, bukan hanya kata-kata. Jika ingin anak bersikap sopan, jujur, atau sabar, parents perlu menunjukkan sikap itu lebih dulu. Saat orang tua mencontohkan perilaku positif dalam keseharian, anak akan lebih mudah meniru dan menjadikannya kebiasaan.
3. Menghormati emosi anak
Gentle parenting mengajarkan untuk menerima semua emosi anak, tanpa menghakimi. Saat anak marah, kecewa, atau sedih, izinkan mereka merasakan emosinya. Hindari berkata, “Ah, itu mah nggak penting.” Sebaliknya, katakan, “Kamu kecewa ya karena mainannya rusak? Ibu ngerti, itu memang bikin sedih.” Dengan cara ini, anak belajar bahwa semua emosi itu valid, dan mereka merasa aman untuk berbagi perasaan.
4. Disiplin dengan batasan yang jelas
Gentle parenting tetap menekankan pentingnya batasan. Bedanya, aturan disampaikan dengan cara lembut dan konsisten. Misalnya, “Kita nggak boleh memukul. Kalau marah, kamu bisa bilang ke Ibu.” Pendekatan ini membantu anak belajar mengendalikan diri tanpa takut.
5. Fokus pada jangka panjang
Gentle parenting melihat disiplin bukan untuk mengontrol anak saat ini, tetapi untuk membekali mereka dengan keterampilan penting seumur hidup. Parents fokus mengajarkan keterampilan menyelesaikan masalah, berkomunikasi, dan bertanggung jawab, bukan sekadar menghukum.
Menerapkan gentle parenting memang butuh kesabaran. Namun, pendekatan ini membangun hubungan yang lebih kuat dan mendukung anak tumbuh menjadi pribadi yang penuh empati dan percaya diri.